Halaman

Minggu, 22 Maret 2020

[REVIEW BUKU] Himpunan (Citra Saras)

Masa Kampus Berwarna? Join Himpunan, Yuk!

Apa, sih, yang paling pertama muncul ketika kamu mendengar kata-kata 'himpunan'?

Matematika? Variabel dan konstanta? Atau justru ada yang langsung berpikir bahwa yang dimaksud adalah sekumpulan pengurus organisasi?

Nah, bagi kamu yang belum menapaki jenjang perkuliahan (iya sama, aku juga) ada baiknya kalau bisa kenalan dulu lewat buku ini terkait apa itu Himpunan.



Judul: Himpunan
Penulis: Citra Saras
Penyunting: Jenny Thalia Faurine
Pendesain sampul: Sukutangan
Penata letak isi: Eka Lestari
Proofread: Ferry Juni Ismarianto
Penerbit: RANS Publisher
Tahun terbit: Cetakan I, 2019
ISBN: 978-623-91151-2-8
Blurb:

MEMO:

Kepada Dimas dan Naya selaku Ketua Himpunan dan Wakil Ketua Himpunan Kabinet Irregular, diharapkan segera ke ruang jurusan begitu menerima memo ini untuk membahas mengenai kepengurusan Himpunan selama satu tahun ke depan.

Tertanda,

Ketua Prodi

P.S: Saya tahu selain hebat dalam mengurus Himpunan, kalian juga hebat dalam beradu pendapat. Tolong sebelum ke ruang jurusan, jangan bertengkar dan coba untuk lebih mengerti satu sama lain.

[].[].[]

"Wow" adalah kata pertama yang keluar dari mulutku begitu membaca blurb di belakang buku. Blurb yang tidak biasa justru menarik minat pembaca. Menurut kalian, bagaimana isi buku dari blurb tersebut?

Ada dua hal yang bisa kutangkap secara pribadi dari blurb tersebut.

Pertama, buku ini menceritakan tentang perjalanan Dimas dan Naya mengurus Himpunan selama satu tahun ke depan. Sebenernya, ya, kupikir Dimas dan Naya ini sepasang Kahim-Wakahim yang emang udah dari dulu hobinya gelut mulu. Tapi tetap solid walau hobi olahraga mulut.

Namun, ternyata kisah ini dimulai dari nol.

Benar-benar dari nol. Yakni dimulai ketika Dimas baru saja hendak mengambil formulir pendaftaran Ketua Himpunan yang baru!

Baru mau ambil formulir, lho.

GILAAA! ITU DARI NOL BANGET! /inside scream/

Lalu yang kedua, perihal organisasi di sini hanya bumbu semata, sedangkan kisah utamanya malah fokus pada Dimas dan Naya yang mungkin mulai masuk ke dalam fase kasmaran. Yah, biasalah. Teenlit. Memangnya bumbu apa lagi yang bisa membuat sebuah buku zaman sekarang menjadi lebih hidup selain bumbu-bumbu cinta monyet kalangan remaja, betuuul? :)))

Dan karena aku sendiri belum (belum ya, belum :v) pengalaman sama macam-macam organisasi dunia kampus, jadi sejauh yang kutangkap Himpunan itu sejenis BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa); hanya saja lebih menjurus ke salah satu bagian dari BEM-nya. Wah, kurang tahu, deh, yang pastinya kayak gimana. Bagi SMP dan SMA, ini sejenis OSIS. Monmaap, deh, kalau emang salah kaprah, ya. He he he.

Dilihat dari sampul belakang bukunya, tertuliskan, "Book for your joyfull friendship," dan itu udah YAAAHH UDAHLAH AKU SUKA BANGET FRIENDSHIP BAWA-BAWA ORGANISASI HE HE. Tapi, ya, kesukaan orang jelas berbeda, betul? Jadi, aku nggak bakal paksa kalian baca ini, tapi aku amat mrekomendasikan buat kalian yang suka sebungkus kisah perjuangan manis-asam-asin-pahit persis kayak bagian-bagian lidah.

Oke, fokus.

Berawal dari Dimas yang ngebet dan penasaran untuk menjabat sebagai ketua himpunan, akhirnya dia berniat mencari calon rekan yang sekiranya cocok dengannya, alias saling melengkapi kekurangan. Karakter Dimas yang strict, agak kaku, dan terkadang berlebihan seriusnya membutuhkan sosok rekan wakil yang kemampuan bersosialnya tinggi serta mudah diandalkan tanpa harus banyak protes.

Dan Naya adalah orang yang tepat menurut saran dari beberapa orang di sekitarnya.

Awalnya, Naya dikandidati menjadi kabid (ketua bidang) Humas bersama Jeffri, rekannya di divisi Humas himpunan periode sebelumnya, tapi karena kemunculan Dimas yang sebelumnya bahkan tidak dia kenal, posisi kabid itu tidak jadi didapatkannya dan akhirnya dia memilih untuk menerima tawaran Dimas menjadi wakahim selama satu periode ke depan.

Mulai dari perkenalan singkat (yang benar-benar singkat) sampai akhirnya pembahasan serius tentang hal yang harus mereka siapkan untuk tahap-tahap pemilihan kahim-wakahim, Dimas dan Naya berusaha cepat akrab dan melakukan semuanya dengan cepat serta tepat. Apalagi, Dimas yang karakternya hobi gercep dan anti mager-mager club ini paling nggak suka kalau mengerjakan sesuatu mepet deadline.

Hah.

Aku mah apa atuh. Keserempet deadline baru semangat. :')

Nah, begitulah awalnya Dimas bertemu Naya, mereka berjuang bersama merebut posisi kahim-wakahim, sampai akhirnya terbentuklah susunan kabinet periode mereka dengan nama Irregular, alias tidak biasa. Kenapa tidak biasa? Yah, baca aja bukunya, ya. Wkwkwk.

Ternyata, oh, ternyata, masuk ke dalam organisasi itu bukan hal main-main. Ada sesuatu yang harus ditinggal di belakang dan jangan sampai terseret ke dalam organisasi, karena problematika yang nggak berkaitan dengan organisasi itu justru bisa menghambat gerakan orang-orang di dalamnya. Tapi, ya, kalau emang masalah pribadi itu ada di dalam organisasi dan justru karena organisasilah mereka bertemu kembali, bisa kita tengok Dimas dan Naya yang mengalami hal serupa.

Oh, no, no, bukan masalah Dimas gelut sama Naya dan begitu pula sebaliknya, melainkan karena pasangan kahim-wakahim ini emang punya masalah dengan rekan sesama Himpunannya. Waduh, ribet, nggak, tuh? Harus lawan ego demi Himpunan yang terus maju.

Ada terlalu banyak yang kusuka dari buku ini. Mulai dari bentuk fisiknya, style-nya, sampai tokoh-tokoh di dalam buku ini. 

Mulai dari bentuk fisik, ya!

Penulisan judul di buku ini sama sekali nggak monoton! Unik dan rasanya mau bilang "kece ih aduh lucu bingbing" berulang kali. Kalau biasanya judul ditulis begitu saja dengan posisi di tengah, buku "Himpunan" ini mengambil gaya penulisan kop surat! Hihi, lucu nggak, tuh?

Kayak gini, nih! Lucu kaaan?? Oiya, ini aku screenshot dari Google, ya. Thank you, mbahku

Asli, menurutku, sih, ini salah satu poin plus, ya. Soalnya jarang pasti yang kepikiran kayak begini. Aku aja kaget, lho. Hehe. Keren, deh!

Buat kamu yang udah baca buku ini di Google Books, kamu emang nggak rugi karena nggak perlu memenuhi rak buku dengan buku "Himpunan" yang tebalnya mencapai lima ratus halaman ini. Tapi, ada satu hal lagi yang bikin uwu

Pembatas bukunya!


Ada tulisan "tempel foto" (rasanya beneran pengen templokin foto di sana ehh), "nama", dan "jabatan" di sana. Hihi, berasa punya kartu anggota Himpunan, kan? Inilah kenapa jangan merasa rugi buat beli buku ini. 

Untuk jalan cerita, luv it! Kita benar-benar disuguhi petualangan bersama pengurus Himpunan Irregular ini demi himpunan yang lebih baik di periode ini. Duh, kalau dibaca dengan hati segala, rasanya mau masuk Himpunan, deh. Seriusan. Kak Citra lihai banget menyusun adegan demi adegan dalam ceritanya. Entah itu adegan di kesibukan masing-masing maupun adegan kebersamaan di Himpunan, pokoknya nggak bikin bosan! 

Dan untuk tokoh, huhu, jangan tanya lagi seberapa sayangnya aku dengan mereka semua padahal mereka nggak nyata. :(

Chemistry antar tokohnya ini yang paling aku suka, sekaligus sebuah alasan utama kenapa cerita di dalam buku ini terasa sangat hidup. Pengurus himpunan ini mayoritas laki-laki, dengan tiga primadona yakni Naya sebagai Wakahim, Joy sebagai Sekretaris 1, dan Senja sebagai Sekretaris 2. Sisanya, lima belas orang laki-laki termasuk Dimas, pastinya. Dan karakter mereka itu ... haahhhhh sumpah, deh, berapa lama aku nggak bisa move on setelah baca buku ini sampai tamat akibat tidak rela berpisah dengan mereka?

Konyol? Prince charming? Cantique? Muka cakep potensi oke? Santai? Berperilaku layaknya adik baik? Yang mulutnya senang berkata kasar? Ganteng-ganteng sableng? Religius? Kepala batu? Pakboi? Konglomerat? Polos? Cerewet? Kadang bijak kadang khilaf? Tenang saja! Semuanya komplit pake banget-nget-nget di buku ini!

Jadi, gimana? Nggak cuma kisah remaja SMA yang bikin penasaran, kan? Kata siapa cerita anak kuliahan udah kayak perjodohan? No, no! 

Lewat buku "Himpunan" ini, Kak Citra Saras mampu menunjukkan bahwa anak kuliahan jugalah remaja. Bedanya, lebih tua (EKHM UHUK) dan ada poin tambahan yakni keseriusan di dalam kehidupan sehari-hari. 

Buku selain kehidupan asmara anak SMA itu membosankan? 

Hei, coba baca ini, kawan. Dijamin tak menyesal!


Kamis, 02 Mei 2019

[REVIEW BUKU] The Lost Memories (Cindyana H)

"Romance Gulali", Awas Diabetes!

Oke, ada alasan kenapa aku me-review buku ini walau istilahnya sudah "kedaluwarsa". Singkatnya, aku suka. Itulah kenapa kubuat review-nya. Nah. Masalah selesai.

Romance itu nggak selamanya "serius", dalam artian nggak semua cerita romance harus ada ini, itu, sini, sana, begini, begitu, dan hal-hal yang umum terlahir di dunia romansa. Kalaupun genre romance adalah genre +17 atau +18 atau yang paling high level itu +21--ah yaudahlah kita yang masih di bawah umur nggak usah ngehalu ke mana-mana ya, wkwkwk--tapi bagaimana kalau umurmu masih di bawah itu dan sukanya yang manis-manis?

Nah, buku yang akan kubahas kali ini adalah salah satu dari beberapa karya Kak Cindyana--yang kerap kali disapa Kak Cin--yang nggak pernah lepas dari yang namanya "gulali".


Judul buku: The Lost Memories
Penulis: Cindyana H
Editor: Chintia Frastica
Layout: Ahda Ikrima
Desain sampul: Philia Fate
Penerbit: Grass Media
Tahun terbit: Cetakan Pertama, Desember 2018
Harga: Rp99.400
ISBN: 978-602-52344-8-4
Blurb:

"Kenangan adalah hal yang indah bagi manusia."

Namun, makhluk-makhluk dari Dimensi Guardian tak akan pernah membiarkan ingatan para manusia utuh saat manusia tak sengaja melihat wujud asli mereka yang bersayap.

Celine, masuk dalam salah satu dari sekian banyak makhluk Dimensi Guardian yang menetap di Dimensi Manusia. Alasannya satu: agar merasa dekat dengan manusia. Lagipula, manusia tak seburuk yang dikisahkan para tetua di dimensinya. Tapi sesuatu terjadi, Celine, sang guardian jatuh hati dengan seorang manusia!

Tepat saat Celine menyamar sebagai siswi SMP di satu sekolah, ia tak mampu berdamai dengan logikanya saat harus berteman dengan Arville.

Namun, apakah Celine sanggup saat ingatan Arville tentangnya dihapus oleh Guardian Ingatan? Belum lagi sangkar emas yang disediakan untuknya sebagai hukuman.

Bolehkah Celine berharap agar dia dan Arville bisa menjadi sepasang kekasih?

[].[].[]

Jujur, sih, ya, dari lubuk hati yang paling dalam, aku nggak pernah minat baca romance. Kenapa? Jelas karena efeknya bikin ngehalu melulu. :v

Hayo yang sering ngehalu setiap baca romance? Mana tanganmu? :3

Ini tentang Celine, si Guardian dunia sana, yang memiliki sebuah perasaan terlarang kepada Arville, seorang pemuda biasa dari bumi. Celine yang semula hanya mendengar bahwa manusia itu serakah, kini melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa manusia justru tampak unik. Terlebih lagi pertemuannya dengan Arville, di lantai tiga gedung sekolah yang sudah beralih fungsi menjadi gudang meja dan kursi yang rusak. Pertemanannya dengan laki-laki itu bagaikan ombak, terkadang berada di posisi terbaik, terkadang pula harus diributkan.

Yang nyaman itu yang menang, banyak yang bilang begitu--dan tampaknya Celine sudah nyaman dengan keberadaan Arville yang auranya selalu tampak putih bagaikan seorang bayi baru lahir. Walau kenyamanan itu membuat logika Celine jungkir balik, keluarganya serta Charlos--guardian yang tak lama lagi akan "memilihnya" ketika Celine sudah delapan belas--seringkali memberinya peringatan.

Namun, apalah daya bila peringatan itu dikaitkan dengan cinta. Semua orang pasti dibutakan.

Arville yang humoris, polos, sopan, dan tidak berani asal bertindak kepada perempuan juga merasakan kenyamanan yang sama. Dia bahkan bisa merasakan kenyamanan itu meski hanya lewat pemandangan rambut dan bahu Celine dari belakang. Karena Arville tahu bahwa Celine berbeda.

Celine tahu bahwa rasa nyaman dan sukanya pada Arville adalah bencana. Dia tahu itu sejak awal. Dan Celine tidak pernah repot-repot memikirkan cara mencegahnya. Terlalu nyaman dengan Arville, Celine hampir tidak menganggap Charlos yang berusaha mati-matian mencuri hatinya. Selain itu, Celine juga mendengar kisah seorang Guardian Maut terkuat jatuh hati kepada seorang manusia. Apa pun dilakukannya demi wanita yang dikasihinya. Tanpa ada yang tahu bagaimana akhir nasib sang Guardian Maut Terkuat dengan kekasih manusianya.

Itulah kenapa Celine merasakan adanya sebuah kesempatan.

Tapi bagaimana kalau kesempatan yang dia anggap ada justru menjadi bencana?

Inilah yang membuatku me-review buku ini. Kisahnya menggemaskan dan nggak kalah sering bikin pembaca ikut deg-deg-an..

Jadilah orang hebat--orang yang menghargai karya orang lain tanpa curi-curi pandang (ehm, ini maksudnya kalau kalian asal loncat-loncat bab, kalian yang rugi :v). Kalau kalian cerdas, kalian pasti udah bisa meraba-raba kira-kira bagaimana jalan ceritanya, konfliknya, bahkan ending-nya. Tapi, kalau kalian pintar, berarti kalian minum Tolak Udara. /slap

Intinya, amat sangat tidak direkomendasikan untuk main loncat papan indah dari satu bab ke bab yang lain. Karena kebiasaan buruk ini bisa merusak citra isi buku. /eeeaaa/ /diguyur paus/

Celine yang pedas, cuek, egois, dan sedikit ... naif (?) berhasil membuat pembaca gemas dengan tindakan-tindakan dan isi pikirannya. Dilengkapi dengan Arville yang polos, manis, adem, tapi lama pekanya sama perasaan sendiri (lalu aku ditampar sirip paus) membuat novel ini semakin ... hmm ... apa, ya? Manis? Bergula? Yah, pastinya, bisa membuat para jomblowati terserang diabetes.

Hmm ..., aku juga suka orang tuanya Arville. Mereka humoris parah. Ya ampun, sekeluarga sama aja menggemaskannya. Arville jelas-jelas hibrida dari keduanya. :)

Di kata pengantar, Kak Cin mengatakan bahwa jenis novel ini adalah romance. Dan tenang saja, bagi kalian yang selalu beranggapan bahwa romance selalu "berat" untuk anak-anak (?), percayalah bahwa romance yang diciptakan Kak Cin amat jauh dari kata definisi padanan kata itu sendiri. Mungkin lebih pas kalau di depannya ditambah dengan "minor", "little", atau "fluffy" karena kelihaian Kak Cin dalam romance emang top dalam hal gula-gula. :)

Keunikan buku ini terletak pada gaya penulisan babnya. Dua chapter di awal, diselingi chapter minus sebagai flashback, kemudian berlanjut lagi chapter ketiga sampai seterusnya. Asyik, deh, bacanya. Ketika masih di Wattpad, kuingat banget Kak Cin tulis di Author's Note-nya kayak gini:

"Setelah chapter ini, balik lagi ke chapter satu, habis itu langsung lanjut ke chapter tiga (atau empat?). Wkwkwk, pusing, ya? Maaplaah...."

Nggak, nggak, nggak. Paus--eh, Kak Cin ndak salah apa-apa. Justru di sini poin plus dari TLM, menurutku. Bacanya jadi asyik. Muter-muter (karena aku suka yang bikin otak muter-muter :v).

Dibandingkan dengan LMP (Little Magacal Piya) yang merupakan anak pertama Kak Cin, TLM (The Lost Memories) sudah tergolong jauh lebih rapi. Mulai dari susunan kepenulisan, kerapian paragraf, diksinya oke, typo juga jarang terlihat. Hanya satu-dua penggunaan imbuhan di- yang masih tertukar. Oh, iya, bahasanya juga ringan. Saking ringannya, nggak ada lagi dialog lokal berupa "gue" dan "lo" yang bikin--yah, aku mah jujur ya--eneg karena nggak enak dilihat (tapi enak dilafalkan :v).

Sayangnya, dalam gaya bahasa masih sedikit labil. Ada yang murni baku sekalimat, ada yang santai, terkadang ada juga yang terlalu santai.

Untungnya, semua kelabilan itu berada pada kondisi yang sesuai. Sehingga pembaca nggak perlu berjengit atau mengerutkan dahi karena gaya bahasanya sedikit janggal.

Nah, jadi disebutnya apaan, tuh? Kelebihan atau kekurangan? :v 

Bagi kamu yang mau baca tapi baru lihat ketebalan bukunya aja udah emoh, percayalah, isinya sama sekali tidak mengecewakan (yah, kecuali bagi kalian yang gondok dengan adanya plot twist). Alhamdulillah, halamannya nggak bermasalah. Sudah lebih enak dilihat ketimbang anak pertamanya (baca: LMP). Mengingat bahwa jumlah halaman LMP itu banyak banget dan kayaknya perlu dilahirkan lagi sekuelnya.

Oh, ya, insyaa Allah kapan-kapan akan ku-review pula Piya dan kawan-kawan.

Kapan?

Entar. Kalo bukunya udah balik dari pinjaman teman selama kurang-lebih setahun. /lirik si peminjam/

Thanks to rasa kepo-ku yang udah bikin diriku ini keasyikan nge-stalk akun Wattpad-nya Kak Cin, akhirnya kubaca setiap work punya Kak Cin. Semua. Benar-benar semuanya. Auto jatuh hati sama jenis tulisannya Kak Cin yang selalu menghadirkan gulali di mana-mana--haha. Dan sekarang masih menunggu yang on-going bahkan menunggu kabar baik tentang lahirnya sekuel Piya.

... udah denger desas-desus? "Adik"nya Piya mau lahir tahun ini, lho. Yeay! Aamiin!

Pertama kali kutemukan cerita ini di lapak Wattpad-nya Kak Cin. Udah komplit, tapi masih berantakan (?)--HWAH JADI GINI RASANYA KEBAHAGIAAN AKIBAT NGE-STALK AKUN ORANG--dan kulangsung jatuh hati sama semua karyanya. Dari sampul buku udah kelihatan betapa imutnya cerita ini selama banyak bab ke depan. Overall, makna snowglobe yang menjadi ikon sampul bukunya juga memiliki makna dalam bagi ceritanya. Bagi kamu yang suka gula-gula, dijamin nggak menyesal baca buku ini!

Penasaran apa hubungan snowglobe dengan kisah Celine dan Arville? Lalu bagaimana pula akhir dari sebuah "cinta terlarang"?

Just grab it from the nearest bookstore! Tersebar luar di Gramedia, kok. Hihi.

Selamat membaca!

Selasa, 05 Februari 2019

Selamat Datang, Diriku

Yeay, selamat datang kepada diriku di dunia Blogger! /tebar confetti/

[]

Biar mudah, singkat, padat, dan jelas, panggil aku Azzah. Kalau mau merasa lebih akrab, maka silakan panggil aku Ajah. Apa pun boleh asalkan nggak mendadak koplo sewaktu bilang, "Azzah, azzah, azzah~" /lirik Ridho Roma/

Karena aku masih baru dan entahlah apa yang akan kutuangkan di dunia oranye B ini, mohon selalu bimbing aku agar tetap di jalan yang lurus! /mengaminkan di dalam hati/

Yah, kayaknya ini dulu aja, deh. Cuma testimoni, sih. :v

[]

Salam bubye dan halo untuk semua blogger~!