Apa, sih, yang paling pertama muncul ketika kamu mendengar kata-kata 'himpunan'?
Matematika? Variabel dan konstanta? Atau justru ada yang langsung berpikir bahwa yang dimaksud adalah sekumpulan pengurus organisasi?
Nah, bagi kamu yang belum menapaki jenjang perkuliahan (iya sama, aku juga) ada baiknya kalau bisa kenalan dulu lewat buku ini terkait apa itu Himpunan.
Judul: Himpunan
Penulis: Citra Saras
Penyunting: Jenny Thalia Faurine
Pendesain sampul: Sukutangan
Penata letak isi: Eka Lestari
Proofread: Ferry Juni Ismarianto
Penerbit: RANS Publisher
Tahun terbit: Cetakan I, 2019
ISBN: 978-623-91151-2-8
Blurb:
MEMO:
Kepada Dimas dan Naya selaku Ketua Himpunan dan Wakil Ketua Himpunan Kabinet Irregular, diharapkan segera ke ruang jurusan begitu menerima memo ini untuk membahas mengenai kepengurusan Himpunan selama satu tahun ke depan.
Tertanda,
Ketua Prodi
P.S: Saya tahu selain hebat dalam mengurus Himpunan, kalian juga hebat dalam beradu pendapat. Tolong sebelum ke ruang jurusan, jangan bertengkar dan coba untuk lebih mengerti satu sama lain.
[].[].[]
"Wow" adalah kata pertama yang keluar dari mulutku begitu membaca blurb di belakang buku. Blurb yang tidak biasa justru menarik minat pembaca. Menurut kalian, bagaimana isi buku dari blurb tersebut?
Ada dua hal yang bisa kutangkap secara pribadi dari blurb tersebut.
Pertama, buku ini menceritakan tentang perjalanan Dimas dan Naya mengurus Himpunan selama satu tahun ke depan. Sebenernya, ya, kupikir Dimas dan Naya ini sepasang Kahim-Wakahim yang emang udah dari dulu hobinya gelut mulu. Tapi tetap solid walau hobi olahraga mulut.
Namun, ternyata kisah ini dimulai dari nol.
Benar-benar dari nol. Yakni dimulai ketika Dimas baru saja hendak mengambil formulir pendaftaran Ketua Himpunan yang baru!
Baru mau ambil formulir, lho.
Baru mau ambil formulir, lho.
GILAAA! ITU DARI NOL BANGET! /inside scream/
Lalu yang kedua, perihal organisasi di sini hanya bumbu semata, sedangkan kisah utamanya malah fokus pada Dimas dan Naya yang mungkin mulai masuk ke dalam fase kasmaran. Yah, biasalah. Teenlit. Memangnya bumbu apa lagi yang bisa membuat sebuah buku zaman sekarang menjadi lebih hidup selain bumbu-bumbu cinta monyet kalangan remaja, betuuul? :)))
Dan karena aku sendiri belum (belum ya, belum :v) pengalaman sama macam-macam organisasi dunia kampus, jadi sejauh yang kutangkap Himpunan itu sejenis BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa); hanya saja lebih menjurus ke salah satu bagian dari BEM-nya. Wah, kurang tahu, deh, yang pastinya kayak gimana. Bagi SMP dan SMA, ini sejenis OSIS. Monmaap, deh, kalau emang salah kaprah, ya. He he he.
Dilihat dari sampul belakang bukunya, tertuliskan, "Book for your joyfull friendship," dan itu udah YAAAHH UDAHLAH AKU SUKA BANGET FRIENDSHIP BAWA-BAWA ORGANISASI HE HE. Tapi, ya, kesukaan orang jelas berbeda, betul? Jadi, aku nggak bakal paksa kalian baca ini, tapi aku amat mrekomendasikan buat kalian yang suka sebungkus kisah perjuangan manis-asam-asin-pahit persis kayak bagian-bagian lidah.
Oke, fokus.
Berawal dari Dimas yang ngebet dan penasaran untuk menjabat sebagai ketua himpunan, akhirnya dia berniat mencari calon rekan yang sekiranya cocok dengannya, alias saling melengkapi kekurangan. Karakter Dimas yang strict, agak kaku, dan terkadang berlebihan seriusnya membutuhkan sosok rekan wakil yang kemampuan bersosialnya tinggi serta mudah diandalkan tanpa harus banyak protes.
Dan Naya adalah orang yang tepat menurut saran dari beberapa orang di sekitarnya.
Awalnya, Naya dikandidati menjadi kabid (ketua bidang) Humas bersama Jeffri, rekannya di divisi Humas himpunan periode sebelumnya, tapi karena kemunculan Dimas yang sebelumnya bahkan tidak dia kenal, posisi kabid itu tidak jadi didapatkannya dan akhirnya dia memilih untuk menerima tawaran Dimas menjadi wakahim selama satu periode ke depan.
Dilihat dari sampul belakang bukunya, tertuliskan, "Book for your joyfull friendship," dan itu udah YAAAHH UDAHLAH AKU SUKA BANGET FRIENDSHIP BAWA-BAWA ORGANISASI HE HE. Tapi, ya, kesukaan orang jelas berbeda, betul? Jadi, aku nggak bakal paksa kalian baca ini, tapi aku amat mrekomendasikan buat kalian yang suka sebungkus kisah perjuangan manis-asam-asin-pahit persis kayak bagian-bagian lidah.
Oke, fokus.
Berawal dari Dimas yang ngebet dan penasaran untuk menjabat sebagai ketua himpunan, akhirnya dia berniat mencari calon rekan yang sekiranya cocok dengannya, alias saling melengkapi kekurangan. Karakter Dimas yang strict, agak kaku, dan terkadang berlebihan seriusnya membutuhkan sosok rekan wakil yang kemampuan bersosialnya tinggi serta mudah diandalkan tanpa harus banyak protes.
Dan Naya adalah orang yang tepat menurut saran dari beberapa orang di sekitarnya.
Awalnya, Naya dikandidati menjadi kabid (ketua bidang) Humas bersama Jeffri, rekannya di divisi Humas himpunan periode sebelumnya, tapi karena kemunculan Dimas yang sebelumnya bahkan tidak dia kenal, posisi kabid itu tidak jadi didapatkannya dan akhirnya dia memilih untuk menerima tawaran Dimas menjadi wakahim selama satu periode ke depan.
Mulai dari perkenalan singkat (yang benar-benar singkat) sampai akhirnya pembahasan serius tentang hal yang harus mereka siapkan untuk tahap-tahap pemilihan kahim-wakahim, Dimas dan Naya berusaha cepat akrab dan melakukan semuanya dengan cepat serta tepat. Apalagi, Dimas yang karakternya hobi gercep dan anti mager-mager club ini paling nggak suka kalau mengerjakan sesuatu mepet deadline.
Hah.
Aku mah apa atuh. Keserempet deadline baru semangat. :')
Nah, begitulah awalnya Dimas bertemu Naya, mereka berjuang bersama merebut posisi kahim-wakahim, sampai akhirnya terbentuklah susunan kabinet periode mereka dengan nama Irregular, alias tidak biasa. Kenapa tidak biasa? Yah, baca aja bukunya, ya. Wkwkwk.
Ternyata, oh, ternyata, masuk ke dalam organisasi itu bukan hal main-main. Ada sesuatu yang harus ditinggal di belakang dan jangan sampai terseret ke dalam organisasi, karena problematika yang nggak berkaitan dengan organisasi itu justru bisa menghambat gerakan orang-orang di dalamnya. Tapi, ya, kalau emang masalah pribadi itu ada di dalam organisasi dan justru karena organisasilah mereka bertemu kembali, bisa kita tengok Dimas dan Naya yang mengalami hal serupa.
Oh, no, no, bukan masalah Dimas gelut sama Naya dan begitu pula sebaliknya, melainkan karena pasangan kahim-wakahim ini emang punya masalah dengan rekan sesama Himpunannya. Waduh, ribet, nggak, tuh? Harus lawan ego demi Himpunan yang terus maju.
Ada terlalu banyak yang kusuka dari buku ini. Mulai dari bentuk fisiknya, style-nya, sampai tokoh-tokoh di dalam buku ini.
Mulai dari bentuk fisik, ya!
Penulisan judul di buku ini sama sekali nggak monoton! Unik dan rasanya mau bilang "kece ih aduh lucu bingbing" berulang kali. Kalau biasanya judul ditulis begitu saja dengan posisi di tengah, buku "Himpunan" ini mengambil gaya penulisan kop surat! Hihi, lucu nggak, tuh?
Kayak gini, nih! Lucu kaaan?? Oiya, ini aku screenshot dari Google, ya. Thank you, mbahku |
Asli, menurutku, sih, ini salah satu poin plus, ya. Soalnya jarang pasti yang kepikiran kayak begini. Aku aja kaget, lho. Hehe. Keren, deh!
Buat kamu yang udah baca buku ini di Google Books, kamu emang nggak rugi karena nggak perlu memenuhi rak buku dengan buku "Himpunan" yang tebalnya mencapai lima ratus halaman ini. Tapi, ada satu hal lagi yang bikin uwu.
Pembatas bukunya!
Ada tulisan "tempel foto" (rasanya beneran pengen templokin foto di sana ehh), "nama", dan "jabatan" di sana. Hihi, berasa punya kartu anggota Himpunan, kan? Inilah kenapa jangan merasa rugi buat beli buku ini.
Untuk jalan cerita, luv it! Kita benar-benar disuguhi petualangan bersama pengurus Himpunan Irregular ini demi himpunan yang lebih baik di periode ini. Duh, kalau dibaca dengan hati segala, rasanya mau masuk Himpunan, deh. Seriusan. Kak Citra lihai banget menyusun adegan demi adegan dalam ceritanya. Entah itu adegan di kesibukan masing-masing maupun adegan kebersamaan di Himpunan, pokoknya nggak bikin bosan!
Dan untuk tokoh, huhu, jangan tanya lagi seberapa sayangnya aku dengan mereka semua padahal mereka nggak nyata. :(
Chemistry antar tokohnya ini yang paling aku suka, sekaligus sebuah alasan utama kenapa cerita di dalam buku ini terasa sangat hidup. Pengurus himpunan ini mayoritas laki-laki, dengan tiga primadona yakni Naya sebagai Wakahim, Joy sebagai Sekretaris 1, dan Senja sebagai Sekretaris 2. Sisanya, lima belas orang laki-laki termasuk Dimas, pastinya. Dan karakter mereka itu ... haahhhhh sumpah, deh, berapa lama aku nggak bisa move on setelah baca buku ini sampai tamat akibat tidak rela berpisah dengan mereka?
Konyol? Prince charming? Cantique? Muka cakep potensi oke? Santai? Berperilaku layaknya adik baik? Yang mulutnya senang berkata kasar? Ganteng-ganteng sableng? Religius? Kepala batu? Pakboi? Konglomerat? Polos? Cerewet? Kadang bijak kadang khilaf? Tenang saja! Semuanya komplit pake banget-nget-nget di buku ini!
Jadi, gimana? Nggak cuma kisah remaja SMA yang bikin penasaran, kan? Kata siapa cerita anak kuliahan udah kayak perjodohan? No, no!
Lewat buku "Himpunan" ini, Kak Citra Saras mampu menunjukkan bahwa anak kuliahan jugalah remaja. Bedanya, lebih tua (EKHM UHUK) dan ada poin tambahan yakni keseriusan di dalam kehidupan sehari-hari.
Buku selain kehidupan asmara anak SMA itu membosankan?
Hei, coba baca ini, kawan. Dijamin tak menyesal!